Ada Penciler dan Colorist dari Indonesia Dibalik Komik Marvel

Empat orang bertalenta dari Indonesia ini juga terlibat dalam bikin komik Wolverine hingga karakter Marvel dalam komik Thor.

Muvila.com – Komik-komik buatan Marvel Comics digemari banyak orang di dunia. Terbukti, film-film produksi Marvel Studios yang diadaptasi dari komik-komik itu pun mampu meraih sukses di pasar, termasuk di Indonesia. Ternyata, di balik kesuksesan komik-komik Marvel, ada empat orang bertalenta dari Indonesia yang menyalurkan kemampuan mereka dalam membuat komik, yakni Ario Anindito, Jessica Kholline, Rhoald Marcellius, dan Miralti Firmansyah.

Keempat pecinta komik ini pun menceritakan proses mereka bisa bekerja dengan salah satu penerbik komik terbesar di Amerika tersebut. Ario menuturkan, awalnya ia dihubungi oleh pihak Marvel untuk bergabung dengan pencipta karakter Spider-Man tersebut. Marvel lalu memintanya untuk mengirimkan sampel komik dari naskah Guardians of the Galaxy yang sudah dikirim oleh Marvel.

“Salah satu trik saya memenangkan sampel ini adalah saya pilih halaman yang action. Dan yang ada Gamora-nya biar seksi,” seloroh Ario. “Sampel ini ternyata disukai oleh Marvel dan saya diterima,” lanjutnya saat hadir di Marvel Creative Day Out di Binus Northrumbia School of Design Jakarta pada Kamis pekan lalu.

ada-talenta-indonesia-dibalik-komik-marvel

JADI PENCILER DAN COLORIST

Mulai dari tahun 2014, Ario bergabung dengan Marvel sebagai penciler, yang bertugas untuk menerjemahkan naskah ke panel gambar, untuk komik Wolverine. Kini, ia tengah menggarap patung karakter Marvel dalam komik Thor, seperti Lady Sif dan Beta Ray Bill.

Profesi penciler ini tak hanya ditekuni oleh Ario, tapi juga Rhoald Marcellius dan Miralti Firmansyah. Yang berbeda, Ario selalu mengerjakan gambar secara manual dengan menggunakan pensil, sementara Rhoald dan Miralti bekerja secara digital.

“Saya selalu manual karena gaptek,” candanya. “Sebenernya saya bisa pakai digital tapi entah kenapa saya lebih suka pake pensil dan bisa oret-oret. Dari kecil memang suka gambar pake pensil. Lagi pula kalau saya ngerjain manual, original page-nya itu ada dan saya simpan. Jadi yang saya kirim ke Marvel itu soft copyOriginal page-nya punya saya,” jelasnya.

Sementara itu, Jessica berperan sebagai colorist. Tugasnya adalah membuat karakter-karakter yang telah dibuat oleh penciler agar terlihat lebih hidup dengan warna-warna yang sesuai. Jessica juga mengatakan, untuk menjadi seorang colorist tidak harus mahir dalam menggambar.

“Jadi colorist nggak mesti jago gambar tapi memang kebanyakan memang suka gambar kemudian mulai eksplor ke yang lain. Aku juga suka ketemu sama penciler yang mahir kasih warna, tapi mereka ya profesionalnya penciler,” ucapnya.

“Ada untungnya sih jadi colorist bisa gambar karena dia pasti tahu struktur muka karena ini penting untuk cahaya,” imbuh Rhoald.

BANGGA DAN TERHARU

Bergabung dengan Marvel tentunya memberi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Jessica, Miralti dan Rhoald mengaku menerima banyak respon positif dari orang-orang di sekitarnya. Sedangkan, Ario merasa sangat terharu setelah begabung dengan Marvel.

“Kalau buat saya sentimentil banget karena dulu waktu sekolah suka gambar di belakang buku tulis, gambar kayak Wolverine. Tapi kalau ketahuan guru dimarahin. At the end, saat saya bisa gambar itu untuk buku aslinya, itu rasanya luar biasa,” paparnya.

“Kebetulan studio kita memang bergerak di bidang ilustrasi, kebetulan kita banyak ngerjain komik. kebanyakan yang kerja di Marvel dari agensi kita itu colorist. Baru kita berdua (dengan Miralti) yang penciler buat di Marvel,” imbuh Rhoald.

Sumber :

http://www.muvila.com/entertainment/-ada-talenta-indonesia-dibalik-marvel-comics-160414i.html